Powered By Blogger

Rabu, 15 Juli 2009

Kebijaksanaan dan Perencanan Pendidikan

Kebijaksanaan dan Perencanan Pendidikan



Dr. Hari Karyono, M.Pd

Dosen Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Surakarta, Jum’at, 19 Juni 2009

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas hidup atau meningkatkan stándar hidup suatu bangsa. Peningkatan stándar hidup suatu bangsa juga merupakan tujuan utama ekonomi melalui pemenuhan ke-butuhan barang dan jasa dalam mencapai kepuasan hidup.

Secara umum, konsep biaya itu mulai berlaku dalam produksi barang atau jasa, dimana biaya erat kaitannya dengan transaksi ekonomi yang dila-kukan oleh produsen, penjual, pembeli atau konsumen dalam bentuk uang a-tau moneter.

Secara teoritis, konsep biaya di bidang lain mempunyai kesamaan de-ngan bidang pendidikan, dimana lembaga pendidikan dipandang sebagai produsen jasa pendidikan yang menghasilkan keahlian, keterampilan, ilmu pengetahuan, karakter dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang lulusan.

Kegiatan pendidikan sebenarnya dapat dipandang sebagai layanan (services) terhadap siswa atau peserta didik selama belajar. Pendidikan se-bagai proses produksi yang menghasilkan lulusan yang berhasil dapat diten-tukan oleh jumlah pendaftar dan komponen-komponen input dalam suatu sis-tem pendidikan.

Pendidikan sebagai proses produksi yang menghasilkan lulusan yang berhasil dapat ditentukan oleh jumlah pendaftar dan komponen-komponen in-put dalam suatu sistem pendidikan.

Transaktor ekonomi yang berhubungan dengan pendidikan dapat dibe-dakan menjadi dua golongan, yaitu (1) golongan produsen, dan (2) golongan konsumen.

Golongan produsen, terdiri dari pendidik, pengelola pendidikan, badan/ lembaga pemerintah swasta, keluarga yang membantu anak-anak di rumah. Sedangkan golongan konsumen (customers) pendidikan dapat terdiri dari ke-luarga atau orangtua siswa, siswa itu sendiri, lembaga-lembaga pemerintah-an atau swasta dan masyarakat secara umum.

Nilai modal manusia (human capital) suatu bangsa tidak hanya ditentu-kan oleh jumlah populasi penduduk atau tenaga kerja kasar (labour intensif), tetapi sangat ditentukan oleh tenaga kerja intelektual (brain intensif). Adam Smith (1952), pakar ekonomi klasik mengakui bahwa pendidikan dan latihan akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas kerja. Adam Smith mengatakan bahwa ke-sejahteraan dan kekayaan suatu bangsa sangat bergantung pada keunggul-an inteligensia dan intelektual.

Bank Dunia dengan program internasionalnya telah mengukuhkan ke-percayaan terhadap peranan investasi sumber daya manusia bagi pertum-buhan ekonomi (World Development Report) kepercayaan ini atas studi yang dilakukan pada akhir tahun, diantaranya Hicks dan Wheeler yang telah mem-buktikan kembali pentingnya pendidikan untuk menunjang pertumbuhan eko-nomi. Sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan ini semakin kuat sete-lah memperhitungkan efek pendidikan dan bentuk investasi fisik lainnya ter-hadap pertumbuhan ekonomi.

Investasi pendidikan per sekolahan telah tumbuh cepat di negara-ne-gara berkembang (termasuk Indonesia). Investasi pendidikan ini dianggap te-lah menjelaskan faktor residu yang menerangkan peningkatan pendapatan, baik bagi perorangan bagi masyarakat.

Tingkat pengeluaran biaya pendidikan merupakan indikator upaya ke-uangan negara untuk investasi dan sumber daya manusia (human capital) dan menunjukkan skala prioritas di antara sektor-sektor pengalokasian keu-angan negara.

Pada umumnya, pengeluaran belanja pendidikan negara ditunjukkan dengan persentase GNP, baik secara keseluruhan maupun menurut jenjang pendidikan.

Adanya perbedaan dalam pembiayaan, dapat ditelusuri melalui perbe-daan dalam pilihan kebijakan yang mempengaruhi organisasi dan sistem ma-najemen pendidikan terutama dalam penggunaan input-input per sekolahan.

Biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan tidak akan nampak hasilnya secara nyata dalam waktu relatif singkat. Uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, masyarakat, maupun orangtua (keluarga) untuk menghasilkan pendidikan atau membeli pendidikan bagi anaknya harus dipandang sebagai investasi.

Uang yang dikeluarkan di bidang pendidikan sebagai bentuk investasi pada periode tertentu, di masa yang akan datang harus dapat menghasilkan keuntungan (benefit) atau manfaat, baik dalam bentuk uang (financial) mau-pun nonfinansial.

Dalam bentuk uang yang diperoleh sebagai balas jasa atas produkti-vitas tenaga kerja dan dalam bentuk nonfinansial nilai-nilai, seperti mening-katkan kesehatan, keamanan atau ketertiban masyarakat, baik dari aspek in-dividu, sosial, maupun ekonomi.

B. Biaya dan Pembiayaan Pendidikan di Indonesia

Biaya Pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instru-mental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pen-didikan (di sekolah).

Dilihat dari sumber-sumbernya, biaya pendidikan pada tingkat makro (nasional) berasal dari: (1) pendapatan negara dari sektor pajak (yang bera-gam sejenisnya), (2) pendapatan dari sektor non-pajak, misalnya dari peman-faatan sumber daya alam dan produksi nasional lainnya yang lazim dikate-gorikan ke dalam “gas” dan “non-migas”, (3) keuntungan dari ekspor barang dan jasa, (4) usaha-usaha negara lainnya, termasuk dari divestasi saham pada perusahaan negara (BUMN), serta (5) bantuan dalam bentuk hibah (grant) dan pinjaman luar negeri (loan) baik dari lembaga-lembaga keuangan internasional (seperti Bank Dunia, ADB, IMF, IDB, JICA) maupun pemerintah, baik melalui kerjasama multilateral maupun bilateral. Alokasi dana untuk seti-ap sektor pembangunan, termasuk pendidikan, dituangkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) setiap tahun.

Pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, anggaran untuk sektor pendidikan sebagian besar berasal dari dana yang diturunkan dari pemerin-tah pusat ditambah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dituangkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pada tingkat sekolah (satuan pendidikan), biaya pendidikan diperoleh dari subsidi pemerintah pusat, pemerintah daerah, iuran siswa, dan sum-bangan masyarakat. Sejarah tercatat dalam Rencana Pendapatan dan Be-lanja Sekolah (RAPBS), sebahagian besar biaya pendidikan di tingkat seko-lah berasal dari pemerintah pusat, sedangkan pada sekolah swasta berasal dari para siswa atau yayasan.

Besar-kecilnya biaya pendidikan, terutama pada tingkat satuan pendi-dikan, berhubungan dengan berbagai indikator mutu pendidikan, seperti ang-ka partisipasi, angka putus sekolah dan tinggal kelas, dan prestasi belajar siswa.

Dalam konteks perencanaan pembiayaan pendidikan, pemahaman ter-hadap berbagai aspek pembiayaan pendidikan sangatlah penting. Pemaham-an dimaksud merentang dari hal-hal yang sifatnya mikro (satuan pendidikan) hingga yang makro (nasional), antara lain meliputi sumber-sumber pembiaya-an pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektivitas dan efi-siensi dalam penggunaannya, dan akuntabilitas hasilnya yang diukur dari perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif yang terjadi pada semua tatar-an, khususnya di tingkat sekolah.

Kompleksnya masalah pembiayaan pendidikan ini dikarenakan sistem anggarannya yang rumit, birokratis, kaku, dan fragmentaris yakni melibatkan banyak instansi, tentu saja dengan egoismenya masing-masing.

C. Konsep Dasar Ekonomi

Permasalahan yang dihadapi oleh suatu lembaga, baik yang bersifat ekonomi maupun lembaga sosial pada dasarnya dihadapkan pada tiga masa-lah pokok:

  1. Komoditas apa yang harus dihasilkan dan berapa banyak, kapan harus diproduksi, apakah sekarang atau sekian tahun yang akan datang ?
  2. Bagaimana komoditas itu harus diproduksi ? Dengan perkataan lain, siapa yang melakukan produksi, dengan cara bagaimana ?
  3. Untuk siapa komoditas itu dihasilkan ? Siapa yang akan memanfaat-kannya dan bagaimana mendistribusikannya ?

Ketiga pertanyaan di atas sangat mendasar dan akan dihadapi oleh semua corak organisasi, tetapi dengan cara dan sistem yang berbeda.

D. Konsep Dasar Pendidikan

1. Karakteristik Ilmu Pendidikan

Pendidikan dirumuskan sebagai proses pengembangan dan latihan yang mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan ke-pribadian (character), terutama yang dilakukan dalam suatu bentuk formula (per sekolahan) kegiatan pendidikan mencakup proses dalam menghasilkan (production) dan transfer (distribution) ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu atau organisasi belajar (learning organization). Organisasi belajar ter-sebut dapat tercapai dari lembaga-lembaga pemerintah atau swasta, tingkat dasar, menengah, dan pendidikan tinggi.

2. Komponen-komponen Ilmu Pendidikan

a. Kurikulum

b. Belajar

c. Mendidik dan Mengajar

d. Lingkungan Pendidikan

e. Evaluasi Pendidikan.

3. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)

Inti permasalahan dalam PSDM berada pada peningkatan kualitas te-naga kerja yang mampu menjadi pelaku-pelaku dalam berbagai bidang kehi-dupan.

Pada dasarnya teori human capital adalah suatu aliran pengeluaran yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk kapital sebagai-mana bentuk-bentuk kapitel lainnya, seperti mesin, teknologi, tanah, uang, material yang menentukan pertumbuhan produktivitas melalui investasi diri-nya sendiri.

Strategi PSDM harus berdasarkan pada prinsip-prinsip sbb.:

  1. Pembatasan dan perluasan pendidikan harus diciptakan bersama.
  2. Pengembangan dan pendayagunaan IPTEK yang memungkinkan untuk menjadi sumber penggerak bagi perluasan motivasi lapangan kerja.
  3. Reformasi di bidang pendidikan di negara yang sedang berkembang.
  4. Di negara yang sudah maju perlu dilakukan inovasi di tiap bidang se-hingga strategi PDSM lebih terfokus pada peningkatan mutu pendidik-an tinggi.
  5. Hasil analisis kondisi ketenagakerjaan secara lengkap mencakup:

a. kebutuhan tenaga kerja.

b. sistem pendidikan formal dan nonformal.

c. struktur tenaga kerja dan penggunaan tenaga kerja terdidik yang berkualitas.

  1. Inventarisasi kebutuhan tenaga kerja dalam jangka pendek berdasar-kan pada estimasi kebutuhan tenaga kerja dalam perspektf jangka panjang.

E. Konsep Dasar Ekonomi Pendidikan

Ekonomi pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana manusia, baik secara perorangan maupun di dalam kelompok masyarakatnya membu-at keputusan dalam rangka mendayagunakan sumber-sumber daya yang ter-batas agar dapat menghasilkan berbagai bentuk pendidikan dan latihan, pe-ngembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan, pendapat, sikap dan nilai-nilai khususnya melalui pendidikan formal, serta bagaimana mendiskusikan-nya secara merata (equal) dan adil (equality) di antara berbagai kelompok masyarakat.

Investasi sebagai suatu konsep umum dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah barang ataupun jasa di kemudian hari de-ngan mengobankan nilai konsumsi sekarang.

Pusat perhatian mendasar dari konsep ekonomi adalah bagaimana mengalokasikan sumber-sumber yang terbatas untuk mencapai tujuan yang beraneka ragam mungkin tak terhingga jumlahnya.

Pertimbangan ekonomis didasarkan pada kemampuan anggaran, se-dangkan pertimbangan politis didasarkan pada tujuan masyarakat secara menyeluruh. Namun demikian, skala prioritas adalah pertumbuhan ekonomi dan keadilan yang biasanya merupakan prioritas tertinggi, khususnya di ne-gara yang sedang berkembang.

Bank Dunia menentukan 4 kriteria untuk investasi SDM dalam membe-rikan bantuannya terhadap negara-negara dunia ketika di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dalam pengembangan SDM, yaitu (1) kebutuhan tenaga kerja yang terampil dalam lapangan kejuruan dan teknologi, (2) perluasan pendi-dikan dasar dan ini dinilai memiliki tingkat balik (rate of return) yang lebih ting-gi sehubungan dengan rendahnya biaya, (3) pengembangan sektor pedesa-an, sehingga memperlihatkan peranan pendidikan masal untuk meningkatkan produktivitas sektor pedesaan, dan (4) keadilan dan pemerataan yang me-nunjukkan pentingnya distribusi kesempatan pendidikan dan bentuk-bentuk pengembangan SDM lainnya, baik secara geografis, sosial maupun secara ekonomis.

Investasi SDM diperkuat oleh beberapa hasil penelitian yang telah membuktikan pentingnya pendidikan dalam menunjang pertumbuhan ekono-mi. Sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi semakin kuat se-telah memperhitungkan efek interaksi antara pendidikan dengan bentuk in-vestasi fisik lainnya. Pendekatan di dalam analisis hubungan antara pendidik-an dan pertumbuhan ekonomi menggunakan beberapa model, baik yang langsung maupun tidak langsung menghubungkan indikator pendidikan dan indikator ekonomi, seperti model fungsi produksi, analisis cost-benefit, cost-effectiveness.

F. Manfaat Biaya Pendidikan

Manfaat pendidikan, disamping memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai sosial. à Keberhasilan pendidikan.

Indikator keberhasilan pendidikan, yaitu :

1) Dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.

2) Dapat tidaknya memperoleh pekerjaan.

3) Besarnya penghasilan (gaji) yang diterima.

4) Sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya, dan politik.

G. Efisiensi Biaya Pendidikan

Efisiensi menggambarkan hubungan antara input dan output atau antara masukan dan keluaran. Penekanan biaya pendidikan melalui berbagai jenis kebijakan:

  1. menurun biaya operasional.
  2. memberikan biaya prioritas anggaran terhadap komponen-komponen input yang langsung berkaitan dengan proses belajar-mengajar.
  3. meningkatkan kapasitas pemakaian ruang kelas, fasilitas belajar.
  4. meningkatkan kualitas PBM.
  5. meningkatkan motivasi kerja guru, dan
  6. memperbaiki rasio guru-murid.

Upaya-upaya dalam meningkatkan efisiensi pembiayaan pendidikan perlu diarahkan pada hal-hal pokok sbb. :

* Pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality of access).

* Pemerataan untuk bertahan di sekolah (equality of survival).

* Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar (equality of output), dan

* Pemerataan kesempatan menikmati manfaat pendidikan dalam kehidupan masyarakat (equality of outcome).

Tugas: Review Artikel Jurnal Imiah yang Terakreditasi

1. Sifat: Perorangan (Individual).

2. Cari artikel dari jurnal ilmiah yang terakreditasi (bisa akses dari internet, artikel dalam Bahasa Inggris). Diutamakan artikel ilmiah dari hasil penelitian bukan kajian pustaka (library research).

3. Tema artikel: tentang pembiayaan pendidikan.

4. Hasil review diketik di atas kertas A4, spasi ganda.

5. Sertakan copy artikelnya lengkap.

6. Dijilid rapi dengan sampul warna (hijau).

7. Tulis identitas lengkap nama mahasiswa, NIM dengan dengan nama kelas.

8. Tulis dalam sampul review :

Memenuhi tugas matakuliah Kebijakan dan Perencanaan Biaya Pendidikan

yang dibina oleh Dr. Hari Karyono, M.Pd

9. Outline Review sbb. :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar