Powered By Blogger

Selasa, 28 Juli 2009

Teori Konflik

TEORI KONFLIK
Karl Max


Menurut Marx dalam sejarah manusia dipenuhi oleh konflik sosial. Teori Marx menyatakan hanya ada dua kelas dalam masyarakat (kelas borjuis dan kelas proletar). Revolusi proletar memusnahkan /menghilangkan satu kelas (kelas borjuis). Materialisme sejarah berhenti setelah terjadinya revolusi. Paska revolusi tidak ada lagi perjuangan kelas.
Dalam Materilisme sejarah, ekonomi dianggap sebagai faktor determinan “penentu “ sementara faktor lain diabaikan . pendekatan deterministik ini banyak digunanakan oleh ilmuawan sosial dan dianggap menyederhanakan persoalan (simplifikasi).. padahal faktor – faktor lain saling berinteraksi. Pemakaian teori deterministik untuk mempermudah persoalan yang rumit,karena ia mengabaikan beberapa faktor. Pendekatan ini sarat dengan kritik.
Garis besar teori Marx tentang konflik mencakup beberapa pokok bahasan : Penyebab konflik, siapa yang konflik intensitas konflik dan penyelesaian konflik.
I. Apa penyebab terjadinya konflik.
Konflik terjadi karena faktor ekonomi ( determinasi ekonomi ). Yang dimaksud dengan Faktor ekonomi disini adalah penguasaan terhadap alat produksi

II. Siapa yang konflik?
Konflik terjadi antara dua kelas (Borjuis dan Proletar ). Konflik ini bersifat mendalam dan sulit diselesaikan. Perbedaannya bukan dalam cara hidup melainkan perbedaan dalam kesadaran kelas. Dalam teori Marx eksistensi sosial menentukan kesadaran dan perbedaan kelas (kaya miskin) .Perbedaan ini mencakup dalam materi dan psikologi. Perbedaan antara kelas borjuis dan kelas proletar tidak hany terdapat pada cara hidup melainkan juga cara berfikir. Orang komunis menganggap penting kesadaran, makanya mereka mementingkan sosialisasi dan indoktrinasi dan Brainwashing
Pola Konflik : Kelas sosial ----- Konflik ------ Revolusi.
Dalam konflik sosial kaum proletar tidak mau dan tidak bisa melepaskan diri . Mereka terpaksa dan ditindas. Dalam paksaan dan penindasn ini hukum tidak dapat dijatuhkan kepada majikan
Sesuai dengan faham determinisme ekonomi yang dianut oleh Marx bahwa konflik hanya terjadi dalam dunia Industri, sedangkan konflik yang lain merupakan perpanjangan tangan dari konflik yang terjadi dalam dunia Industri. Dalam pandangan determinisme ekonomi bangunan infrastruktur ekonomi atau alat produksi menentukan bangunan suprastruktur yang berupa politik dan pemerintahan. Dalam pandangan Marx , konflik dimulai dari infrastruktur ekonomi kemudian menjalar ke supra-struktur. Teori Infrastruktur yang mempengaruhi suprastruktur ini merupakan teori Ekonomi- politik Marx yang masih relevan samapai sekarang.(MR)

Sumber Konflik
Sumber konflik itu sendiri dapat dikaji dari teori perjuangan kelas yang dikemukakan oleh Marx . Menurutnya sejarah manusia itu dipenuhi oleh perjuangan kelas.antara kebebasan dan perbudakan ,bangsawan dan kampungan ,tuan dan pelayan,Kepala serikat pekerja dan tukang. Dengan kata lain posisi penekan dan yang ditekan selalu bertentangan (konflik) dan tidak terputus.(The Manifesto dikutip dari PPB A Suhelmi 269). Perjuangan kelas bersifat inheren dan terus menerus . Penekanan itu dapat berupa penindasan . Marx juga melihat bahwa perkembangan selalu terjadi dalam konflik kelas yang terpolarisasi antara kelas yang bersifat salaing menindas. Hubungan antara kelas ini menurut Marx akan menciptakan Antagonisme kelas yang melahirkan krisis revolusioner. Revolusi yang dimaksud oleh Marx tentunya bukan revolusi damai, melainkan revolusi yang bersifat kekerasan. (PBB A Suhelmi 270).Konflik terjadi karena adanya penindasan yang dilakukan oleh kaum borjuis yang memiliki alat –alat produksi kepada kaum proletar atau buruh yang bekerja untuk para borjuis dapat dijelaskan melalui “The Theory of Surplus Value” . Teori ini secara singkat dapat diartikan sebagai sebuah perbandingan yang lebih rendah antara gaji yang diterima buruh dibandingkan dengan tenaga yang disumbangkan untuk menghasilkan suatu komoditi. Lalu mengapa buruh mau dengan gaji yang rendah itu ?. karena posisi tawar buruh dibanding terhadap majikan sangan rendah. Untuk menghitung niali tenaga kerja dapat digunakan teory Locke “Labor theory of value,untuk menentukan nilai suatu benda dapat dihitung dari nilai tenaga kerja yang diserap oleh benda itu. Dengan kata lain semakin komoditi itu memerlukan tenaga kerja ,maka semakin mahal komodity tersebut .Komodity = Bahan mentah + alat produksi + Buruh . Harga bahan mentah dan alat produksi bersifat tetap. Sisa nilai tenaga kerja dengan niali buruh diambil oleh kaum majikan sebagai keuntungan. Disinailah terjadinya penindasan dimana majikan memeras buruh karena gaji yang dibayarkan oleh majikan kepada buruh itu hanya pas –pasan tidak wajar . dan ini bertentangan dengan hak Azazi manusia . Dampak dari penindasan ini adalah terjadinya proses pemiskinan dalam buruh, karena seberapapun keuntungan yang diterima majikan, gaji buruh akan tetap tidak naik. Dampak penindasan adalaha menumpuknya modal ditangan para majikan .(MR). Akar konflik konflik juga disebabkan oleh hubungan pemilikan dan penggunaan produksi aktif yang mengakibatkan ketimpabngan dalam distribusi kekayaan dan produksi industrial.
Prinsip dasar teori Marx adala memberikan kepercayaan kepada orang miskin untuk dapa memperbaiki diri sendiri.
Penindasan ini kahirnya akan menyebabkan frustasi dan keteransingan. Keterasingan ini selanjutnya akan melahirkan revolusi proletariat. . Ada tiga macam keterasingan menurut F Magniz. S :

1. Keterasingan terhadap diri sendiri karena tidak bisa mengontrol labor.
2. Keterasingan dari komoditas yang dihasilkan karena, komoditas dikontrol oleh majikan.
3. Keterasingan dari masyarakat karena terpaksa bekerja

Kritik.
1. Teori bahwa sumber konflik hanya dari ekonomi, infrastruktur belum tentu berlaku universal.
2. Pendapat yang mengatakan bahwa gaji buruh tidak naik, tidak benar. Karena faktanya gaji naik. Jadi revolusi seperti yang digambarkan marx tidak pernah terjadi. Bahkan pada abad ke 20 negara – negara industri mengeluarkan peraturan perburuhan yang melindungi hak – hak buruh.
3. Marx juga “kacamata kuda “ dalam melihat sumber konflik dari determinasi ekonomi. Faktanya Agama dan politik juga merupakan faktor determinatif dalam perubahan sosial. Nasionalaisme juga menjadi akar dari perubahan sosial
4. Marx juga tidak mampu menjelaskan “Strtifikasi sosial” atau terlalu menyederhanakan kelas.

Pengaruh teori Marx .
Pada th 70 , kelompo Neo Marx melahirkan teori “Dependensia”. Teori ini menyebutkan bahwa Dunia ketiga selalu tergantung dengan negara maju. Jadi sebenarnya di dunia ketiga tidak pernah terjadi pembangunan, yang ada adalah penindasan dari negara maju

Sumber konflik :

Eksploitatif antara pemilik modal dan pekerja
Nilai lebih tidak dibagikan kepada buruh .Eksploitatasi dan menyebabkan frustasi Pada zaman Mark terjadi rvolusi Industri , terjadi urbanisasi, perobahan faktor produksi dari tanah menjadi labour.
Teori konflik Marx adalah sebuah teori konflik yang utuh. Marx menggambarkan semua aspek yang ada dalam konflik, yaitu:
1. Adanya penyebab konflik
Penyebab konflik bagi Marx adalah masalah ekonomi (the ownership of means of production)
2. Siapa saja yang berkonflik
Dari poin pertama maka muncul dikotomi kelas yaitu, kelas borjuis dan kelas proletar (Borjuis menindas Proletar)
3. Sejauhmana intensitas konflik tersebut
Intensitas konflik mengakibatkan adanya kelas yang ditindas (proletar ditindas oleh borjuis)
4. Bagaimana penyelesaian konflik tersebut
Konflik akan mengakibatkan kesadaran para kaum proletar nantinya berada dalam kondisi yang sama. Penindasan akan mengakibatkan frustrasi, dan frustrasi akan mengakibatkan revolusi. Revolusi proletarlah nantinya yang akan menyelesaikan konflik.


KESIMPULAN

Penyebab konflik bagi Marx adalah masalah ekonomi (the ownership of means of production) sehingga nantinya muncul dua kelas yang saling bertentangan. Konflik dua kelas ini bukan konflik yang sederhana tapi merupakan sebuah konflik yang mendalam dan sulit diselesaikan. Perbedaan lain selain hal ekonomi (kekayaan) yang muncul dari dua kelas ini adalah tentang kesadaran yang berbeda antara bojuis dan proletar. Marx berpendapat bahwa bukan kesadaran yang menentukan keberadaan tapi justru sebaliknya, keberadaanlah yang menentukan kesadaran. Kesadaran bagi Marx sangat penting. Tapi beberapa ahli justru mengkritik pendapat Marx ini, bagi mereka orang yang mempunyai kemampuan nalar yang tinggi mempengaruhi eksistensinya. sehingga pola pikir sebuah masyarakat mempengaruhi eksistensi masyarakat itu sendiri. Dan ada pandangan lain yang mengatakan bahwa masyarakat maju secara ilmu pengetahuan adalah masyarakat yang kaya secara kebendaan. Sehingga perbedaan.
Dua kelas yang berkonflik, menurut Marx, mempunyai perbedaan karakteristik. Kaum borjuis (minoritas) adalah kaum yang jahat, rakus, dan serakah. Mereka tidak pernah memikirkan nasib kaum proletar. Sementara kaum proletar merupakan kaum yang baik hati, tertindas dan tidak bisa berbuat apa-apa dan terpaksa untuk ditindas. Penindasan yang dilakukan oleh kaum borjuis sama sekali tidak melanggar hukum yang berlaku di saat itu. Karena hukum hanya mewakili kepentingan kaum borjuis dan tidak mengakomodir kepentingan kaum proletar.










REFERENCE

Apter, David E. 1996.Pengantar Analisa Politik. Cet. Ke-4. Jakarta: LP3ES.

Hart, Michael H. 2000.100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Cet. Ke-20.
Jakarta: Pustaka Jaya.

McDonald, Lee Cameron. 1968. Western Political Philosophy. Part 3, Bab 21. New
York: Harcourt Brace Jovanovich. Read More..

Senin, 27 Juli 2009

Manajemen Stratejik "RENSTRA"

RENSTRA

Manajemen Strategis dan Perencanaan Strategis dapat digunakan secara bersamaan, namun manajemen strategis lebih banyak digunakan dari pada perencanaan strategis.
Perencanaan Strategis berhubungan dengan implementasi suatu visi yang secara implisit ada dalam manajemen strategis.
Manajemen Strategis mencakup pandangan holistik terhadap organisasi, tujuan utamanya, arahnya, dan tempatnya dalam lingkungannya.
Perencanaan Strategis dalam institusi pendidikan adalah sebuah jembatan yang menghubungkan antara situasi yang diketahui sekarang dengan situasi yang diinginkan di masa mendatang.

Manajemen Strategis mempunyai skala waktu sekitar tiga hingga lima tahun.
Perencanaan pengembangan di sekolah biasanya berhubungan dengan skala waktu pendek sekitar satu tahun.
Di Perguruan Tinggi memberikan banyak penekanan pada perencanaan strategis yang dikembangkan menjadi rencana-rencana berjangka lebih pendek yang disesuaikan dengan rencana-rencana aksi.
Rencana jangka pendek berlangsung sekitar satu tahun, baik rencana pengembangan maupun rencana aksi yang secara khusus mencakup target-target dan indikator-indikator performa yang mengarah pada kegiatan yang detail dan spesifik.
Perencanaan jangka panjang bersifat rasional, sedangkan perencanaan strategis bersifat terbuka dan dinamis.

Perencanaan Pengembangan didefinisikan sebagai sebuah proses jangka pendek (satu tahun) yang mengidentifikasi bagaimana rencana strategis diimplementasikan.
Proses pengembangan menghasilkan kesepakatan tentang prioritas yang tepat bagi sekolah yang dilanjutkan dengan aksi untuk merealisasikan rencana tsb. (Hargreaves & Hopkins)
Proses Perencanaan perlu mengajukan 4 pertanyaan:
1. Di mana kita berada ?
2. Perubahan apa yang kita perlukan ?
3. Bagaimana kita akan me-manage perubahan ini setiap saat ?
4. Bagaimana kita akan tahu apakah manajemen perubahan kita sukses ?

Hargreaves dan Hopkins mengidentifikasi bahwa 4 proses pokok tsb yang dapat diaplikasikan ke dalam proses perencanaan pengembangan adalah

Audit : sebuah sekolah/PT seninjau ulang kekuatan dan kelemahannya.
Konstruksi : prioritas pengembangan dipilih dan diarahkan kepada target yang spesifik.
Implementasi : prioritas yang direncanakan dan targetnya diimplementasikan.
Evaluasi : kesuksesan implementasi di cek.

sekilas tentang Rencana Stratejik yang di Ampu oleh Dr. Any kadarwati
bagi anda yang dapat materi secara lengkap tentang mata kuliah ini silahkan klik link di bawah ini. trimkasih

Model Renstra

analisis swot

Ali dan Ale

pengembangan Visi dan misi

Manstratejik

renkem dan renstra

RPS - SSN Read More..

Senin, 20 Juli 2009

Kajian paradigma Ilmu Soisal Pendidikan

Sabtu 18 July 2009
Paradigma Ilmu Sosial Pendidikan

Posting pertama mengenai kajian filasafat pendidikan. luarbiasa materi kuliah ini mengkaji karya - karya besar tokoh filsafat dunia dari mulai Aristoteles, Emile Durkhiem, aguste comte hingga Karl Max dan masih banyak lagi... eh kalo nggak salah ada 7 Teori yang di bahas dalam kuliah ini.

Kita Kutip salah satu pendapat dari seorang bapak filsafat dunia "AristotelesPemikiran Aristoteles adalah obyektif dan realistis. Dia membangun teorinya atas dasar fakta-fakta, meskipun pengamatan dan pengetahuannya mengenai fakta-fakta pada saat itu kurang sempurna. Keadaan ini tidakiah mengurangi kenyataan bahwa Aristoteles menemukan sumber kebenaran pada pengalaman, dan mengesampingkan ide-ide dan kon¬sep-konsep sebagai sumber yang utama. Sekalipun Aristoteles sedang mencari kebenaran di dalam pengalaman, pemikirannya bersifat spekulatatif. Di sini Aristoteles berharap bahwa spekulasinya akan merupakan generalisasi dari fakta-fakta"

nah Kutipan diatasa lumayan enak kan untuk sekedar menganggukan kepala simbol setuju dan juga kekaguman. itu diatas belom seberapa dahsyat karena hanya sepenggal. dibawah ini akan saya sertakan juga postingan dari hasil review atau ringkasan - ringkasan dari temen - temen sekelas di Program pasca, klik aja bebas and Free of charge........

klik dibawah ini untuk materi lainya yang lebih lengkap:

Tujuh Teori filsafat
Emile Durkheim
Teori Konsensus
Thomas Hobbes

Ok sementara itu dulu ntar kalo ada yang mau nambahin dari kelompok yang lain pasti kita sertakan
Aristoteles
Read More..

Rabu, 15 Juli 2009

Kebijaksanaan dan Perencanan Pendidikan

Kebijaksanaan dan Perencanan Pendidikan



Dr. Hari Karyono, M.Pd

Dosen Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Surakarta, Jum’at, 19 Juni 2009

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas hidup atau meningkatkan stándar hidup suatu bangsa. Peningkatan stándar hidup suatu bangsa juga merupakan tujuan utama ekonomi melalui pemenuhan ke-butuhan barang dan jasa dalam mencapai kepuasan hidup.

Secara umum, konsep biaya itu mulai berlaku dalam produksi barang atau jasa, dimana biaya erat kaitannya dengan transaksi ekonomi yang dila-kukan oleh produsen, penjual, pembeli atau konsumen dalam bentuk uang a-tau moneter.

Secara teoritis, konsep biaya di bidang lain mempunyai kesamaan de-ngan bidang pendidikan, dimana lembaga pendidikan dipandang sebagai produsen jasa pendidikan yang menghasilkan keahlian, keterampilan, ilmu pengetahuan, karakter dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang lulusan.

Kegiatan pendidikan sebenarnya dapat dipandang sebagai layanan (services) terhadap siswa atau peserta didik selama belajar. Pendidikan se-bagai proses produksi yang menghasilkan lulusan yang berhasil dapat diten-tukan oleh jumlah pendaftar dan komponen-komponen input dalam suatu sis-tem pendidikan.

Pendidikan sebagai proses produksi yang menghasilkan lulusan yang berhasil dapat ditentukan oleh jumlah pendaftar dan komponen-komponen in-put dalam suatu sistem pendidikan.

Transaktor ekonomi yang berhubungan dengan pendidikan dapat dibe-dakan menjadi dua golongan, yaitu (1) golongan produsen, dan (2) golongan konsumen.

Golongan produsen, terdiri dari pendidik, pengelola pendidikan, badan/ lembaga pemerintah swasta, keluarga yang membantu anak-anak di rumah. Sedangkan golongan konsumen (customers) pendidikan dapat terdiri dari ke-luarga atau orangtua siswa, siswa itu sendiri, lembaga-lembaga pemerintah-an atau swasta dan masyarakat secara umum.

Nilai modal manusia (human capital) suatu bangsa tidak hanya ditentu-kan oleh jumlah populasi penduduk atau tenaga kerja kasar (labour intensif), tetapi sangat ditentukan oleh tenaga kerja intelektual (brain intensif). Adam Smith (1952), pakar ekonomi klasik mengakui bahwa pendidikan dan latihan akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas kerja. Adam Smith mengatakan bahwa ke-sejahteraan dan kekayaan suatu bangsa sangat bergantung pada keunggul-an inteligensia dan intelektual.

Bank Dunia dengan program internasionalnya telah mengukuhkan ke-percayaan terhadap peranan investasi sumber daya manusia bagi pertum-buhan ekonomi (World Development Report) kepercayaan ini atas studi yang dilakukan pada akhir tahun, diantaranya Hicks dan Wheeler yang telah mem-buktikan kembali pentingnya pendidikan untuk menunjang pertumbuhan eko-nomi. Sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan ini semakin kuat sete-lah memperhitungkan efek pendidikan dan bentuk investasi fisik lainnya ter-hadap pertumbuhan ekonomi.

Investasi pendidikan per sekolahan telah tumbuh cepat di negara-ne-gara berkembang (termasuk Indonesia). Investasi pendidikan ini dianggap te-lah menjelaskan faktor residu yang menerangkan peningkatan pendapatan, baik bagi perorangan bagi masyarakat.

Tingkat pengeluaran biaya pendidikan merupakan indikator upaya ke-uangan negara untuk investasi dan sumber daya manusia (human capital) dan menunjukkan skala prioritas di antara sektor-sektor pengalokasian keu-angan negara.

Pada umumnya, pengeluaran belanja pendidikan negara ditunjukkan dengan persentase GNP, baik secara keseluruhan maupun menurut jenjang pendidikan.

Adanya perbedaan dalam pembiayaan, dapat ditelusuri melalui perbe-daan dalam pilihan kebijakan yang mempengaruhi organisasi dan sistem ma-najemen pendidikan terutama dalam penggunaan input-input per sekolahan.

Biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan tidak akan nampak hasilnya secara nyata dalam waktu relatif singkat. Uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, masyarakat, maupun orangtua (keluarga) untuk menghasilkan pendidikan atau membeli pendidikan bagi anaknya harus dipandang sebagai investasi.

Uang yang dikeluarkan di bidang pendidikan sebagai bentuk investasi pada periode tertentu, di masa yang akan datang harus dapat menghasilkan keuntungan (benefit) atau manfaat, baik dalam bentuk uang (financial) mau-pun nonfinansial.

Dalam bentuk uang yang diperoleh sebagai balas jasa atas produkti-vitas tenaga kerja dan dalam bentuk nonfinansial nilai-nilai, seperti mening-katkan kesehatan, keamanan atau ketertiban masyarakat, baik dari aspek in-dividu, sosial, maupun ekonomi.

B. Biaya dan Pembiayaan Pendidikan di Indonesia

Biaya Pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instru-mental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pen-didikan (di sekolah).

Dilihat dari sumber-sumbernya, biaya pendidikan pada tingkat makro (nasional) berasal dari: (1) pendapatan negara dari sektor pajak (yang bera-gam sejenisnya), (2) pendapatan dari sektor non-pajak, misalnya dari peman-faatan sumber daya alam dan produksi nasional lainnya yang lazim dikate-gorikan ke dalam “gas” dan “non-migas”, (3) keuntungan dari ekspor barang dan jasa, (4) usaha-usaha negara lainnya, termasuk dari divestasi saham pada perusahaan negara (BUMN), serta (5) bantuan dalam bentuk hibah (grant) dan pinjaman luar negeri (loan) baik dari lembaga-lembaga keuangan internasional (seperti Bank Dunia, ADB, IMF, IDB, JICA) maupun pemerintah, baik melalui kerjasama multilateral maupun bilateral. Alokasi dana untuk seti-ap sektor pembangunan, termasuk pendidikan, dituangkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) setiap tahun.

Pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, anggaran untuk sektor pendidikan sebagian besar berasal dari dana yang diturunkan dari pemerin-tah pusat ditambah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dituangkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pada tingkat sekolah (satuan pendidikan), biaya pendidikan diperoleh dari subsidi pemerintah pusat, pemerintah daerah, iuran siswa, dan sum-bangan masyarakat. Sejarah tercatat dalam Rencana Pendapatan dan Be-lanja Sekolah (RAPBS), sebahagian besar biaya pendidikan di tingkat seko-lah berasal dari pemerintah pusat, sedangkan pada sekolah swasta berasal dari para siswa atau yayasan.

Besar-kecilnya biaya pendidikan, terutama pada tingkat satuan pendi-dikan, berhubungan dengan berbagai indikator mutu pendidikan, seperti ang-ka partisipasi, angka putus sekolah dan tinggal kelas, dan prestasi belajar siswa.

Dalam konteks perencanaan pembiayaan pendidikan, pemahaman ter-hadap berbagai aspek pembiayaan pendidikan sangatlah penting. Pemaham-an dimaksud merentang dari hal-hal yang sifatnya mikro (satuan pendidikan) hingga yang makro (nasional), antara lain meliputi sumber-sumber pembiaya-an pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektivitas dan efi-siensi dalam penggunaannya, dan akuntabilitas hasilnya yang diukur dari perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif yang terjadi pada semua tatar-an, khususnya di tingkat sekolah.

Kompleksnya masalah pembiayaan pendidikan ini dikarenakan sistem anggarannya yang rumit, birokratis, kaku, dan fragmentaris yakni melibatkan banyak instansi, tentu saja dengan egoismenya masing-masing.

C. Konsep Dasar Ekonomi

Permasalahan yang dihadapi oleh suatu lembaga, baik yang bersifat ekonomi maupun lembaga sosial pada dasarnya dihadapkan pada tiga masa-lah pokok:

  1. Komoditas apa yang harus dihasilkan dan berapa banyak, kapan harus diproduksi, apakah sekarang atau sekian tahun yang akan datang ?
  2. Bagaimana komoditas itu harus diproduksi ? Dengan perkataan lain, siapa yang melakukan produksi, dengan cara bagaimana ?
  3. Untuk siapa komoditas itu dihasilkan ? Siapa yang akan memanfaat-kannya dan bagaimana mendistribusikannya ?

Ketiga pertanyaan di atas sangat mendasar dan akan dihadapi oleh semua corak organisasi, tetapi dengan cara dan sistem yang berbeda.

D. Konsep Dasar Pendidikan

1. Karakteristik Ilmu Pendidikan

Pendidikan dirumuskan sebagai proses pengembangan dan latihan yang mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan ke-pribadian (character), terutama yang dilakukan dalam suatu bentuk formula (per sekolahan) kegiatan pendidikan mencakup proses dalam menghasilkan (production) dan transfer (distribution) ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu atau organisasi belajar (learning organization). Organisasi belajar ter-sebut dapat tercapai dari lembaga-lembaga pemerintah atau swasta, tingkat dasar, menengah, dan pendidikan tinggi.

2. Komponen-komponen Ilmu Pendidikan

a. Kurikulum

b. Belajar

c. Mendidik dan Mengajar

d. Lingkungan Pendidikan

e. Evaluasi Pendidikan.

3. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)

Inti permasalahan dalam PSDM berada pada peningkatan kualitas te-naga kerja yang mampu menjadi pelaku-pelaku dalam berbagai bidang kehi-dupan.

Pada dasarnya teori human capital adalah suatu aliran pengeluaran yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk kapital sebagai-mana bentuk-bentuk kapitel lainnya, seperti mesin, teknologi, tanah, uang, material yang menentukan pertumbuhan produktivitas melalui investasi diri-nya sendiri.

Strategi PSDM harus berdasarkan pada prinsip-prinsip sbb.:

  1. Pembatasan dan perluasan pendidikan harus diciptakan bersama.
  2. Pengembangan dan pendayagunaan IPTEK yang memungkinkan untuk menjadi sumber penggerak bagi perluasan motivasi lapangan kerja.
  3. Reformasi di bidang pendidikan di negara yang sedang berkembang.
  4. Di negara yang sudah maju perlu dilakukan inovasi di tiap bidang se-hingga strategi PDSM lebih terfokus pada peningkatan mutu pendidik-an tinggi.
  5. Hasil analisis kondisi ketenagakerjaan secara lengkap mencakup:

a. kebutuhan tenaga kerja.

b. sistem pendidikan formal dan nonformal.

c. struktur tenaga kerja dan penggunaan tenaga kerja terdidik yang berkualitas.

  1. Inventarisasi kebutuhan tenaga kerja dalam jangka pendek berdasar-kan pada estimasi kebutuhan tenaga kerja dalam perspektf jangka panjang.

E. Konsep Dasar Ekonomi Pendidikan

Ekonomi pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana manusia, baik secara perorangan maupun di dalam kelompok masyarakatnya membu-at keputusan dalam rangka mendayagunakan sumber-sumber daya yang ter-batas agar dapat menghasilkan berbagai bentuk pendidikan dan latihan, pe-ngembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan, pendapat, sikap dan nilai-nilai khususnya melalui pendidikan formal, serta bagaimana mendiskusikan-nya secara merata (equal) dan adil (equality) di antara berbagai kelompok masyarakat.

Investasi sebagai suatu konsep umum dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah barang ataupun jasa di kemudian hari de-ngan mengobankan nilai konsumsi sekarang.

Pusat perhatian mendasar dari konsep ekonomi adalah bagaimana mengalokasikan sumber-sumber yang terbatas untuk mencapai tujuan yang beraneka ragam mungkin tak terhingga jumlahnya.

Pertimbangan ekonomis didasarkan pada kemampuan anggaran, se-dangkan pertimbangan politis didasarkan pada tujuan masyarakat secara menyeluruh. Namun demikian, skala prioritas adalah pertumbuhan ekonomi dan keadilan yang biasanya merupakan prioritas tertinggi, khususnya di ne-gara yang sedang berkembang.

Bank Dunia menentukan 4 kriteria untuk investasi SDM dalam membe-rikan bantuannya terhadap negara-negara dunia ketika di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dalam pengembangan SDM, yaitu (1) kebutuhan tenaga kerja yang terampil dalam lapangan kejuruan dan teknologi, (2) perluasan pendi-dikan dasar dan ini dinilai memiliki tingkat balik (rate of return) yang lebih ting-gi sehubungan dengan rendahnya biaya, (3) pengembangan sektor pedesa-an, sehingga memperlihatkan peranan pendidikan masal untuk meningkatkan produktivitas sektor pedesaan, dan (4) keadilan dan pemerataan yang me-nunjukkan pentingnya distribusi kesempatan pendidikan dan bentuk-bentuk pengembangan SDM lainnya, baik secara geografis, sosial maupun secara ekonomis.

Investasi SDM diperkuat oleh beberapa hasil penelitian yang telah membuktikan pentingnya pendidikan dalam menunjang pertumbuhan ekono-mi. Sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi semakin kuat se-telah memperhitungkan efek interaksi antara pendidikan dengan bentuk in-vestasi fisik lainnya. Pendekatan di dalam analisis hubungan antara pendidik-an dan pertumbuhan ekonomi menggunakan beberapa model, baik yang langsung maupun tidak langsung menghubungkan indikator pendidikan dan indikator ekonomi, seperti model fungsi produksi, analisis cost-benefit, cost-effectiveness.

F. Manfaat Biaya Pendidikan

Manfaat pendidikan, disamping memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai sosial. à Keberhasilan pendidikan.

Indikator keberhasilan pendidikan, yaitu :

1) Dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.

2) Dapat tidaknya memperoleh pekerjaan.

3) Besarnya penghasilan (gaji) yang diterima.

4) Sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya, dan politik.

G. Efisiensi Biaya Pendidikan

Efisiensi menggambarkan hubungan antara input dan output atau antara masukan dan keluaran. Penekanan biaya pendidikan melalui berbagai jenis kebijakan:

  1. menurun biaya operasional.
  2. memberikan biaya prioritas anggaran terhadap komponen-komponen input yang langsung berkaitan dengan proses belajar-mengajar.
  3. meningkatkan kapasitas pemakaian ruang kelas, fasilitas belajar.
  4. meningkatkan kualitas PBM.
  5. meningkatkan motivasi kerja guru, dan
  6. memperbaiki rasio guru-murid.

Upaya-upaya dalam meningkatkan efisiensi pembiayaan pendidikan perlu diarahkan pada hal-hal pokok sbb. :

* Pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality of access).

* Pemerataan untuk bertahan di sekolah (equality of survival).

* Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar (equality of output), dan

* Pemerataan kesempatan menikmati manfaat pendidikan dalam kehidupan masyarakat (equality of outcome).

Tugas: Review Artikel Jurnal Imiah yang Terakreditasi

1. Sifat: Perorangan (Individual).

2. Cari artikel dari jurnal ilmiah yang terakreditasi (bisa akses dari internet, artikel dalam Bahasa Inggris). Diutamakan artikel ilmiah dari hasil penelitian bukan kajian pustaka (library research).

3. Tema artikel: tentang pembiayaan pendidikan.

4. Hasil review diketik di atas kertas A4, spasi ganda.

5. Sertakan copy artikelnya lengkap.

6. Dijilid rapi dengan sampul warna (hijau).

7. Tulis identitas lengkap nama mahasiswa, NIM dengan dengan nama kelas.

8. Tulis dalam sampul review :

Memenuhi tugas matakuliah Kebijakan dan Perencanaan Biaya Pendidikan

yang dibina oleh Dr. Hari Karyono, M.Pd

9. Outline Review sbb. :

Read More..